facebook oh facebook (disiapkan untuk mengisi artikel di buletin mumtaza april 2011)*

Hadi Nur Setyawan (abu.sabrina@yahoo.co.id)
Mahasiswa UMY 2009. cp. 6281311099051
http://www.kangwawank.blogspot.com
Facebook salah satu jejaring sosial yang menjadi trend/booming di Indonesia saat ini, paling tidak sejak 3 tahun terakhir ini (2008). Penulis akan menyoroti tentang beberapa dampak negatif saja yang timbul akibat jejaring sosial lewat internet ini pada permasalahan sosial.
Facebook saat ini mulai menjangkiti dari pelajar hingga pendidik, alasan utama sebagai dalih mereka adalah untuk menambah teman dan berhubungan secara online. Tetapi ironisnya Fb (Facebook) sebenarnya malah menjadikan orang lain terisolasi atau memicu orang lain untuk mengisolasikan diri, menghindar dari interaksi sosial secara langsung.
Akibat nyatanya, sesuatu menjadi hambar dan ketika setiap individu tidak lagi menghadiri acara-acara yang berhubungan dengan interaksi sosial secara langsung, menghadiri pertemuan dengan teman atau bahkan keluarga dan lebih memilih untuk berlama-lama duduk didepan komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet atau di depan handphone, guna menulis status atau update status dan berharap dengan komentar-komentar yang muncul. Ketika akhirnya berpisah dengan internet (offline), saat berinteraksi secara langsung dengan teman, sekolah, kuliah dan pekerjaan maka yang terjadi adalah kegelisahan dan kecemasan yang ingin segera kembali terhubung ke facebook. Sehingga banyak sekali kita jumpai pelajar, mahasiswa, pekerja kantor bahkan guru/dosen yang sering kali ketika melakukan aktivitas, tidak fokus dengan pekerjaan yang sedang dilakukan  dengan sesekali kita risih melihat yang bersangkutan berkali-kali melihat handphone yang terhubung internet.
Menurut penelitian Dr. Sigman dalam jurnal biologist (www.dailymail.co.uk), seseorang pengguna yang berteman dengan orang-orang baru dalam dunia facebook akan menemui kesulitan dalam komunikasi secara face-to-face (komunikasi secara langsung). Dan perilaku ini dapat meningkatkan resiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke dan penyakit jantung serta kepikunan.

Di televisi juga sering kita menyaksikan dampak kejahatan yang dilakukan lewat media facebook seperti penculikan, penipuan, pemerkosaan, pembunuhan dan sebagainya. Hal ini bisa disebabkan karena pengguna terlalu percaya dan merasa dekat dengan teman baru yang belum tahu keadaan dan kondisi yang sesungguhnya. Disamping itu, karena kurangnya berinteraksi secara langsung dengan orang lain maka kecenderungan terkena tipuan dan termakan rayuan akan semakin besar.  
Seperti pada akhir bulan maret 2011 yang baru-baru ini kita saksikan dibeberapa media masa, setelah menikah selama 6 bulan, baru tahu kalau istrinya seorang laki-laki. Tetapi anehnya mengapa baru diketahui setelah 6 bulan setelah menikah kalau istrinya laki-laki? Gara-garanya juga hanya kenal melalui facebook dan terlalu percaya dalam setiap berita dan gambar yang ada. Kemudian melangsungkan pernikahan dan setiap kali melakukan hubungan pasutri dilakukan melalui belakang, (maksudnya bukan dikamar belakang) yang jelas hal tersebut sudah bertentangan dengan ajaran islam. Pada akhirnya pernikahan ini  jelas fasad dan bathil.

Ada cerita dari teman saya sesama guru di madrasah, dia menceritakan seorang temannya belum lama ini, dalam kesehariannya yang sudah ketergantungan untuk selalu meng-update status dan menulis komentar teman-teman di jejaring sosial ini, sehingga tugas dan kewajiban kesehariannya sering terabaikan, menjadi cenderung lebih malas dan seringkali menghabiskan pulsa untuk internet. Dan menjadi puncak kemarahan istrinya ketika saat kenaikan kelas anaknya yang sudah masuk Sekolah Dasar, anaknya mendapat nilai yang buruk dan tidak naik kelas. Istrinya menjadikan sasaran kepada sang suami (kawan dari teman saya) itu karena memang semenjak mengenal facebook ia melalaikan perhatian kepada kepentingan dan bimbingan yang seharusnya ia curahkan kepada keluarganya.
Adalagi kisah tragis yang diceritakan dalam curhat dihalaman suatu website (saya lupa alamatnya), gara-gara facebook menjadi ajang perselingkuhan dan akhirnya terjadi perceraian, sehingga yang menjadi korban bukan saja diri sendiri melainkan juga anak sebagai titipan Tuhan kepada kedua orangtuanya. Gara-garanya terlalu lepas dalam menulis di berandanya sesuatu yang (seharusnya) pribadi, sehingga bisa diakses oleh banyak orang. Suatu kekonyolan ketika saking tidak ada ide mau menulis apa diberanda atau karena emosi tingkat tinggi sehingga menulis diberandanya masalah pribadinya. Tragisnya, yang bersangkutan pasti tahu kalau tulisannya bakal dibaca oleh orang-orang yang tidak berkepentingan, tapi terkalahkan dengan nafsu. Dan masih banyak lagi hal-hal negatif yang timbul akibat kita tidak bisa menyaring berita (bukan men-sharing), tidak bisa memetakan masalah, menilai kondisi yang sebenarnya, dan sebagainya sehingga bisa jadi adanya kemajuan Informasi dan Teknologi ternyata semakin mencelakakan diri kita. Naudzubillahi min dzalik.
Facebook sebagai salah satu alat jejaring sosial boleh-boleh saja jika dimanfaatkan menjadi bumbu saja atau semacam hiburan dalam hidup ini untuk meningkatkan kualitas hidup, tapi hal ini ternyata seringkali diselewengkan atau disalah arahkan menjadi sesuatu yang membuat kecanduan dan menambah kemalasan untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.

Kita tidak sedang membicarakan haram halalnya  facebook, biarlah Majlis Tarjih atau MUI saja yang lebih berkompeten dalam merumuskan hukum islam yang kontemporer seperti ini. Tapi menurut hemat penulis, media bisa jadi haram ketika pelaku menggunakan dengan tujuan kejahatan, kesia-siaan atau maksiat dan bisa mubah atau halal ketika pelaku menggunakan media itu untuk dakwah menyeru pada kebajikan dan mencegah pada yang munkar, mengandung maslahah, kebaikan diri dan orang lain, perbaikan diri, dan segala sesuatu yang penting bermanfaat.
Kesimpulan : Kita sebagai muslim yang sedang mempelajari lebih jauh tentang ajaran islam dan pengajaran agama islam melalui universitas, seharusnya menjadi teladan untuk bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Mari kita berkarya, menyalurkan ide-ide kita semaksimal mungkin semampu kita asal bertanggung jawab dan bermanfaat bagi diri dan orang lain. Bisa lewat Facebook,  Blog, Website, Majalah dinding, menulis artikel di media masa dan sebagainya. Tidak masalah apabila facebook dijadikan sebagai media memperlebar dakwah dan menambah relasi serta bisnis. Tetapi, mengingat dampak negatif yang timbul seperti dari segi kesehatan, interaksi langsung dengan masyarakat, kesadaran menjalankan hak dan kewajiban yang menjadi tergeser dari fungsi utamanya serta banyaknya kejahatan yang ditimbulkannya, maka hendaklah kita berhati-hati serta bisa membatasi diri dan mengontrol diri kita dalam penggunaan media ini. Terakhir pesan saya, tulislah sesuatu yang bermanfaat yang bisa dibaca publik, bukan menulis sesuatu yang mencelakakan/mengintimidasi diri kita dan orang lain atau sesuatu yang tidak penting sama sekali.
*) Merupakan buletin intra kampus yang dikelola oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di UMY kerjasama Bidang Hikmah dan Bidang Dakwah. Terbit dwi mingguan.
Previous
Next Post »